hoeeeeekkkkkkkkk.... cuhhhhhh!!

Lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Peribahasa yang dulu sering keluar ketika ujian bahasa Indonesia kelas-kelas SD ini ternyata memang benar adanya. Tidak biasanya saya tercengang-cengang dengan perbedaan kultur orang2 di penjuru dunia. ("Ah, biasa lah itu, kalo beda tempat kan memang suka beda kebiasaan", begitu kata saya selalu dengan sok taunya). Tapi tidak di Cina.
Biarpun saya menghabiskan sekitar 10 hari di negri Cina, ada satu kebiasaan orang-orangnya yang sampai hari terakhir pun masih membuat saya tercengang: meludah di jalan. Kultur di Indonesia selalu mengajarkan bahwa meludah di depan orang selain tidak higienis, juga salah-salah bisa membuat orang tersinggung. Tampaknya ini tidak berlaku di Cina. Meludah yang setengah haram hukumnya di Indonesia, nampaknya sangatlah halal di sana. Sedikit curiga juga sih sebenernya, jangan-jangan justru kebiasaan ini dianggap gimanaaaa, gitu, saking banyaknya dan lumrahnya orang melakukannya (hehehe... tapi enggak sih kayanya). Dan ini berlaku bukan hanya untuk yang para pria loh! Pernah lagi di mall ada nona cantik, tinggi langsing dengan rambut hitam tergurai panjang, jalan berlenggang, dan tiba-tiba berhenti di pojokan, "HOOOEEEEK… CUUHH!!" dan tanpa seperti melakukan sesuatu dosa, ia pun berjalan lagi dengan cantiknya. Hihihihi… memang bukan perbuatan dosa sih, Cuma saya aja mungkin yang harus beradaptasi.
Selain tidak mengenal jenis kelamin, kayanya orang-orang yang melakukan "meludah di jalan" ini, juga tidak mengenal tempat. Jadi sebaiknya saya rubah istilah "meludah di jalan" dengan "meludah di mall" atau "meludah di taman" atau yang paling membuat saya takjub: "meludah di bis". Waktu itu saya habis pulang dari the Great Wall yang sekitar 1.5 jam dari kota Beijing. Karena rada telat dan karena memang sengaja ga ikut bis-bis turis, kita pun begaya cowboy nyetopin kendaraan-kendaraan umum. Apa aja deh, yang penting nyampe Beijing. Mungkin karena sikap apa aja deh nya itu, akhirnya memang dapet bis yang apa aja deh. Penuh sesak, non AC, mengingatkan saya akan angkot dan mikrolet-mikrolet di Jakarta, tapi bedanya ini mikrolet long distance. Gaya kan? Lagi ngantuk-ngantuk dengan sepoi-sepoi Angin Cendela, tiba-tiba lagi-lagi, "HOEEEK… CUUHHH!!" Heee…??? Ternyata si kenek nya, yang tanpa dosa meludah di lantai bis!! Oh no, ternyata pas saya melongok ke bawah lantai bis, memang sudah ada beberapa bekas-bekas "produksi" lainnya. Saya cuma berpikir, bis ini pernah dibersihin ga ya?? Weleeehhh……
Melihat ketidakbiasaan saya ini (dan muka bete saya), suami saya pun menyarankan untuk mengambil hikmah nya aja.
"Kamu kan berarti bisa juga meludah-ludah dimana-mana tanpa ada yang marah. Enak kan?"
"Heee..??"
"Coba kalo di Indonesia atau di Belanda, atau everywhere in the world, mana bisa kamu begitu. Mumpung kita lagi di sini,nih… kita ikutan aja yuk."
Hihihi…… bener juga! Alhasil liburan ini menjadi liburan yang ramai karena latihan-latihan meludah itu. Cuma saya kesel, karena nggak berhasil juga mengeluarkan segala cairan dari tenggorokan supaya bunyinya mantap seperti orang-orang di sana. Mungkin perlu latihan lebih keras lagi, karena maksimal yang saya bisa lakukan Cuma : "kekkkkkeeeeeeeeeekkk…". Lebih mirip ayam yang lagi disiksa. *sigh…*
Oooh…… tiba-tiba saya kangen jalan-jalan di jakarta. Macet??? Ah, ga pa pa deeeehhhh….. :)
P.S. : maaf bgt sebelumnya dan sesudahnya kalo deskripsi nya dirasa terlalu joron yaaa…..



Reader Comments (6)
Kalo gw se-bis dgn tuh kenek...dijamin gw muntah2.Oh...jijay bgt.
Anyway,pakabar nad?.
baik nih deas.... emang jarang online sih...... tp masih hidup kok, hehehehe...
btw, cuih-cuih things ini mah kayaknya dimana-mana ada. di kota kayak new york aja masih banyak yang cuih huek begitu. jorok deh pokoknya. mungkin mereka nggak sadar kesehatan, mungkin juga karena dari kultur mereka sendiri udah membiasakan meludah sembarangan. 'bebas ya bebas lah, tapi plisss dong ah kalo ngludah di kamar mandi aja nape?' aku sering mikir begini lho!
eh iya, nonton aja DVCnya jeng. Sorry tulisanku spoiler banget. hahaha. buat yang udah baca bukunya sejak tahun 2004 (like me), nonton filmnya emang terasa beda banget dan jauh dari ekspektasi di kepala. aku jadi makin tahu: emang yang namanya mem-film-kan sebuah novel itu such a tricky business. bakalan dihujat pertama kali bukan sama kritisi tapi sama yang baca novelnya. hehehe.
eh kok jadi kepanjangan. ya sud wes, ayo mari meludah di tempatnya! :)
as chinese, even my stay at Beijing for 2 years also can not take it....
hope they are changing for the coming 2008....